Senin, 22 Februari 2016

kisah nyata kesaksian orang mati suri, Merinding dan menangiskah kalian setelah membaca ini ??


Merinding dan menangiskah kalian setelah membaca kisah nyata kesaksian orang mati suri ini? Semoga kisah ini dapat dijadikan pelajaran bagi Kita yang masih hidup di dunia ini.
Dia adalah Aslina. Aslina adalah warga pekan baru yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar 25 tahun itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan apa yang disaksikan ruhnya saat mati suri.
Sebelum Aslina memberi kesaksian, pamannya Rustam Effendi memberikan penjelasan pembuka. Aslina berasal dari keluarga sederhana, ia telah yatim. Sejak kecil cobaan telah datang pada dirinya. Pada usia tujuh tahun tubuhnya terbakar api sehingga harus menjalani dua kali operasi. Menjelang usia SMA ia termakan racun. Tersebab itu ia menderita selama tiga tahun.

Pada usia 20 tahun ia terkena gondok (hipertiroid). Gondok tersebut menyebabkan beberapa kerusakan pada jantung dan matanya. Karena penyakit gondok itu maka Jumat, 24 Agustus 2006 Aslina menjalani check-up atas gondoknya di Rumah Sakit di jakarta. Setelah itu, Hasil pemeriksaan menyatakan penyakitnya di ambang batas sehingga belum bisa dioperasi. “Kalau dioperasi maka akan terjadi pendarahan”, jelas Rustam. Oleh karena itu Aslina hanya diberi obat. Namun kondisinya tetap lemah.
Malamnya Aslina gelisah luar biasa, dan terpaksa pamannya membawa Aslina kembali ke jakarta sekitar pukul 12 malam itu. ia dimasukkan ke unit gawat darurat (UGD), saat itu detak jantungnya dan napasnya sesak. Lalu ia dibawa ke luar UGD masuk ke ruang perawatan. ”Aslina seperti orang ombak (menjelang sakratulmaut). Lalu saya ajarkan kalimat thoyyibah dan syahadat. Setelah itu dalam pandangan saya Aslina menghembuskan nafas terakhir.” ungkapnya.
Usai Rustam memberi pengantar, lalu Aslina memberikan kesaksiannya. ”Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat, calon penghuni kubur.” Begitu ia mengawali kesaksiaanya setelah meminta seluruh hadirin yang memenuhi Grand Ball Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Tak lupa ia juga menasehati jamaah untuk memantapkan iman, amal dan ketakwaan sebelum mati datang.
”Saya telah merasakan mati”, Ujar anak yatim itu. Hadirin terpaku mendengar kesaksian itu. Sungguh, lanjutya, terlalu sakit mati itu. Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa dicabut itu seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari daging, dikoyak. Bahkan lebih sakit lagi. ”Terasa malaikat mencabut (nyawa) dari kaki kanan saya”, tambahnya. Di saat itu ia sempat diajarkan oleh pamannya kalimat thoyibah. ”Saat di ujung napas, saya berzikir”, ujarnya. ”Sungguh sakitnya, Pak, Bu…” ulangnya di hadapan lebih dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.

Diungkapkan, ketika ruhnya telah tercabut dari jasad, ia menyaksikan di sekelilingnya ada dokter, pamannya dan ia juga melihat jasadnya yang terbujur. Setelah itu datang dua malaikat serba putih mengucapkan “Assalammualaikum” kepada ruh Aslina. ”Malaikat itu besar, kalau memanggil, jantung rasanya mau copot, gemetar,” ujar Aslina mencerita pengalaman matinya.

Lalu malaikat itu bertanya: “Siapa Tuhanmu, apa agamamu, dimana kiblatmu dan siapa nama orangtuamu?“ Ruh Aslina menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar. Lalu ia dibawa ke alam barzah.

”Tak ada teman kecuali amal,” tambah Aslina yang Ahad malam itu berpakaian serba hijau. Seperti pengakuan pamannya, Aslina bukan seorang pendakwah, tapi malam itu ia tampil memberikan kesaksian bagaikan seorang muballighah.
Di alam barzah ia melihat seseorang ditemani oleh sosok yang mukanya berkudis, badan berbulu dan mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itulah adalah amal buruk dari orang tersebut.
Kemudian Aslina melanjutkan. ”Bapak, ibu, ingatlah mati,” sekali lagi ia mengajak hadirin untuk bertaubat dan beramal sebelum ajal menjemput. Di alam barzah, ia melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh dua orang malaikat. Saat itu ia ingin sekali berjumpa dengan cerminan ayahnya. Lalu ia memanggil malaikat itu dengan ”Ayah”. ”Wahai ayah bisakah saya bertemu dengan ayah saya,” tanyanya.
Lalu muncullah satu sosok. Ruh Aslina tak mengenal sosok yang berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun. Ternyata memang benar, sosok muda itu adalah ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan salam ke ayahnya dan berkata: ”Wahai ayah, janji saya telah sampai.”
Mendengar itu ayah saya saya menangis. Lalu ayahnya berkata kepada Aslina. ”Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu.” ruh Aslina pun menjawab. ”Saya tak bisa pulang, karena janji telah sampai”. Usai menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan kembali kepada hadirin bahwa alam barzah dan akhirat itu benar-benar ada. ”Alam barzah, akhirat, surga dan neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal,” ujarnya bak seorang pendakwah.
Setelah dialog antara ruh Aslina dan ayahnya. Ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua malaikat memimpinnya kembali, ia bertemu dengan perempuan yang beramal shaleh yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu ruh Aslina dibawa kursi yang empuk dan didudukkan di kursi tersebut, disebelahnya terdapat seorang perempuan yang menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya kepada perempuan itu. ”Siapa kamu?” lalu perempuan itu menjawab, ”Akulah (amal) kamu.” Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat dan amalnya berjalan menelurusi lorong waktu melihat penderitaan manusia yang disiksa.
Di sana ia melihat seorang laki-laki yang memikul besi yang sangat berat, tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya koyak-koyak dan baunya menjijikkan. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya. ”Siapa manusia ini?” Amal Aslina menjawab, “orang tersebut ketika hidupnya suka membunuh orang”.
Lalu dilihatnya orang yang yang kulit dan dagingnya lepas. Ruh Aslina bertanya lagi ke amalnya tentang orang tersebut. Amalnya mengatakan bahwa manusia tersebut tidak pernah shalat.
Selanjutnya tampak pula oleh ruh Aslina manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu adalah manusia yang suka berzina. Tampak juga orang saling bunuh, manusia itu ketika hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain. Dilihatkan siraman juga pada ruh Aslina, orang yang ditusuk dengan 80 tusukan, setiap tusukan terdapat 80 mata pisau yang tembus ke dadanya, lalu berlusiaan darah, orang tersebut menjerit dan tidak ada yang menolongnya. Ruh Aslina bertanya pada amalnya.
Dan dijawab orang tersebut adalah orang juga suka membunuh. Ada pula orang yang dihempaskan ke tanah lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang durhaka dan tidak mau memelihara orang tuanya ketika di dunia. Perjalanan menelusuri lorong waktu terus berlanjut.
Sampailah ruh Aslina di malam yang gelap, kelam dan sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang ada disisinya tak tampak. Tiba-tiba muncul suara orang mengucap : Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar. Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu di lehernya. Kalungan itu ternyata tasbih yang memiliki cerminan biji 99 butir. Perjalanan berlanjut. ia nampak siraman tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan cahaya, di belakang tepak itu terdapat gambar kakbah. Di dalam tepak terdapat batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab tepak tersebut adalah husnul khatimah. (Husnul khatimah secara literlek berarti akhir yang baik. Yakni keadaan dimana manusia pada akhir hayatnya dalam keadaan berbuat baik).
Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan adzan seperti adzan di Mekkah. ia pun mengatakan kepada amalnya. ”Saya mau shalat”. Lalu dua malaikat yang memimpinnya melepaskan tangan ruh Aslina. ”Saya pun bertayamum, saya shalat seperti orang-orang di dunia shalat,” ungkap Aslina.
Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Dimakam tersebut batangan-batang an emas di dalam tepak ”husnul khatimah” itu mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya ia melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu pun bicara kepada ruh Aslina. ”Tolong kau sampaikan kepada umat, untuk bersujud di hadapan Allah”.
Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan miliaran manusia dari berbagai abad berkumpul di satu lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina hanya berjarak sekitar lima meter dari siraman kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia itu berkata. ”Cepatlah kiamat, aku tak tahan lagi di sini Ya Allah”, manusia-manusia itu juga memohon, ”Tolong kembalikan aku ke dunia, aku mau beramal.” Begitulah di antara cerita Aslina terhadap apa yang dilihat ruhnya saat ia mati suri. Dalam kesaksiaannya ia senantiasa mengajak hadirin yang datang pada pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat dan beramal shaleh serta tidak melanggar aturan Allah. ”Apa yang disampaikan Aslina, mungkin bukti yang ditunjukkan Allah kepada kita semua, ” ujarnya.
Menanggapi kesaksian Aslina yang melihat orang-orang berteriak ingin dikembalikan ke dunia dan ingin beramal serta penelitian Raymond yang menyebutkan ”aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya.”
Legisan mengutip ayat Al-Quran Surat Al-Mu’muninun (23) ayat 99-100:
“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: Ya, Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)” (99)
“Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (100)
Sebagai penguat dalil agar manusia bertaubat, dikutipkan juga Quran Surat Az-Zumar ayat 39:
”Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)
Sumber : Adi Sutrisno
Wartawan Riau Mandiri






Sabtu, 20 Februari 2016

BUPATI INDRAMAYU DARI MASA KE MASA

Sumber Resmi : indramayukab.go.id




1. Raden Singalodra ------> (WIRALODRA I)
2. Raden Wirapati ------> (WIRALODRA II)
3. Raden Sawedi ------> (WIRALODRA III)
4. Raden Banggala ------> (WIRALODRA IV)
5. Raden Banggali ------> (WIRALODRA V)
6. Raden Samaun ------> (WIRALODRA VI)
7. Raden Krestal
8. Raden Warngali
9. Raden Wiradibrata I
10. Raden T. Suraneggala
11. Raden Dilari (Purbadi Negara I)   ------>  1900
12. Raden Rolat (Purbadi Negara II) ------> 1900 - 1917
13. Raden Sosrowardjoyo ------> 1917 - 1932
14. Raden AA. Moch. Soediono ------> 1933 - 1944
15. Dr. Raden Murdjani ------> 1944 - 1946
16. Raden Wiraatmaja ------> 1946 - 1947
17. M. I. Syafiuddin ------> 1947 - 1948
18. Raden Wachyu ------> 1949 - 1950
19. Tikol Al moch. Ichlas ------> 1950 - 1951
20. Tb. Moch. Cholil ------> 1951
21. Raden Djoko Said Prawirawidjoyo ------> 1952 - 1956
22. Raden Hasan Surya satjakusumah ------> 1956 - 1958
23. Raden Firman Ranuwidjoyo ------> 1958 - PJ
24. Entol Djunaedi Satiawiharja ------> 1958 - 1960
25. H. A. Dasuki ------> 1960 - 1965
26. M. Dirlam Sastro Mihardjo ------> 1965 - 1973
27. Raden Hadian Suria Adiningrat  ------> 1974 - 1975
28. H. A. Djahari, SH ------> 1975 - 1985
29. H. Adang Suryana ------> 1985 - 1990
30. H. Ope Mustofa ------> 1990 - 2000
31. H. Irianto MS Syafiuddin ------> 2000 - 2010
32. Hj. Anna Sopanah ------> 2015 - 2020

Kesenian yang ada Di Indramayu

KesenianPDFCetakEmail
Indramayu Potensi
Sumber : indramayukab.go.id
Beberapa jenis dan bentuk ekspresi diplementasikan dalam berbagai cara dan yang tergolong dalam konteks seni di antaranya adalah:
> Tarling

Merupakan perpaduan seni musik dan lagu yang pada awalnya di tampilkan dalam bentuk nyanyian yang hanya di iringi gitar dan suling. sejalan dengan perkembangan, kesenian tarling terkontaminasi dengan musik dangdut sehingga lahirlah kesenian tarling dangdut.






> . Tari Topeng Dermayon

Memiliki komposisi gerak tari yang khas dan dengan kostum topeng yang berciri spesifik yang membedakan dengan tari topeng dengan daerah lain. tari topeng dermayon ini telah mendapat apresiasi yang tinggi dengan di milikinya moestro tari topeng di Indramayu yaitu ibu Rasinah.



> Wayang Golek Cepak
Selain wayang kulit, Indramayu memiliki wayang golek cepak, yang merupakan bagian dari wayang purwa. Yang membedakan wayang ini dengan lainnya adalah lakon dan alur cerita, bentuk dan rupa tokohnya tidak di ambil dari pakem pawayangan.








> Genjring Akrobat

Yaitu berupa aktraksi dengan media tangga, sepeda roda 1 (satu) dengan di iringi alat musik genjring/ rebana dengan di lengkapi tari rudat.








> . Sintren atau Lais

Kesenian ini salah satu kesenian rakyat yang masih hidup dan berkembang, terutama di masyarakat pesisir utara, selain nuansa magic dan kurungan ayam yang menjadi daya tarik kesenian sintren ini adalah musik yang sangat khas berupa buyung, kendi dan bumbung/batang bambu.






> . Kuda Lumping

Kesenian dengan ciri khas penarinya yang menaiki kuda - kudaan yang terbuat dari kulit/lumping sambil melakukan atraksi yang berbau magis.







>. Berokan
Ada pendapat bahwa kata berokan berasal dari kata "barokahan" (keselamatan). Namun nampaknya keterangan tersebut hanya sebuah kirata (bahasa Sunda, yang artinya dikira-kira namun tampak nyata), sebuah gejala yang umum terjadi di dalam penamaan jenis seni rakyat.Menurut tuturan riwayat yang diwariskan secara turun-temurun di kalangan senimannya, bengberokan adalah warisan Pangeran Korowelang atau Pangeran Mina, seorang penguasa laut Jawa di wilayah Cirebon dan Indramayu. Namun terdapat pula tuturan yang juga diwariskan di kalangan seniman berokan, bahwa berokan merupakan kreasi Mbah Kuwu Pangeran Cakrabuana, ketika menyebarkan syiar Islam ke wilayah Galuh, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali, menggunakan pertunjukan sebagai media syiar agama, ditujukan agar dapat mudah diterima lingkungan budaya pada saat itu.Seniman Berokan yang masih bertahan sampai saat ini adalah Group mang Darwan Cs yang berada di Blok Pilangsari Desa Jatibarang baru Kecamatan Jatibarang Indramayu.Dari hasil lukisan itu ada bentuk kapala ikan tanpa badan. Maka untuk menyempurnakanya dibuatlah barong kapala ikan, dengan dilengkapi samping dari kulit kambing dan badannya terbuat dari karung goni. Wujud baru ini diberi nama” Rongrong Barong” yang artinya rorong itu tempat ikan tinggal (ada). Akhirnya Rongrong Barong itu,difungsikan untuk pertunjukan. Pada perkembangannya Rongrong Barong itu berubah nama menjadi Berok atau Berokan.Setelah beberapa lama berpikir , ahirnya Prabu Parikesit menemukan strategi untuk mengatasi hal ini. Maka dipanggilah seorang putranya dan diprintahkannya untuk membuat sebuah lukisan hutan beserta isinya, yag dipasang di perbatasan Kerajaan Amarta. Strategi ini ternyata berhasil mengelabui musuh. Maka kembali Prabu Parikesit menyuruh seorang putranya untuk membuat lukisan laut beserta isinya.Pada saat Prabu Parikesit menjadi Raja Amarta, keadaan Negara di ambang kehancuran gangguan keamanan dan wabah penyakit terus berdatangan. Prabu Parikesit merasa kebingungan untuk mengatasinya.diketahui seni berokan lahir pada masa Prabu Pari Kesit menjadi Raja Amarta.


>. Sandiwara Indramayu





Nama besar Domo Suraji tidak mungkin lepas dari kesenian Sandiwara Indramayu, dikarenakan beliau adalah memang seniman yang menciptakannya untuk pertama kali. Sandiwara ini merupakan ide jenius yang memunculkan ide baru, kreatif, dan segar,  dengan perombakan berupa penyampaian dalam bahasa Jawa Dermayon yang khas.
Sebagai salah satu jenis kesenian rakyat, Sandiwara Indramayu memiliki kekuatan pada masyarakat pendukungnya, di mana antusiasme masyarakat Indramayu dengan penuh antusiasme ditunjukkan terhadap sandiwara di daerah tersebut. Hal ini memunculkan banyak ide dan gagasan pada seniman Sandiwara Indramayu untuk bersaing mengemas pertunjukannya. Dengan berbagai perbaikan dan modifikasi, pagelaran Sandiwara Indramayu dapat dirasakan oleh masyarakatnya sebagai sarana hiburan sekaligus pendidikan.
Anda akan dapat menikmati banyak versi musik dangdut Cerbon-Dermayon. Sebagai sarana edukasi, Sandiwara Indramayu juga banyak menampilkan lakon-lakon Babad, baik Babad Cirebon-Dermayon maupun Babad Tanah Jawa. Demikian pula seni pertunjukan sandiwara memiliki fungsi sebagai media penerangan masyarakat yang turut menyampaikan pesan-pesan pemerintah dan norma-¬norma adat kemasyarakatan setempat.

Kebudayaan yang ada di Indramayu

Kebudayaan


Indramayu Potensi
Sumber resmi dari : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Indramayu
Penduduk Kabupaten Indramayu merupakan campuran antara suku Sunda dan Jawa sehingga budaya yang tumbuh dan berkembang merupakan bentuk implementasi ekspresi masyarakat setempat dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga bentuk kebudayaannya merupakan merupakan akulturasi dari kedua kebudayaan tersebut . Adapun bentuk kebudayaan Indramayu antara lain sebagai berikut:
> Nadran
Upacara ini merupakan sebuah cerminan dari sebuah hubungan manusia dengan sang pencipta dengan berupa ungkapan rasa sukur akan hasil tangkapan ikan dan mengharapkan akan meningkatnya hasil di masa mendatang serta dijauhkan dari bencana dan mara bahaya dalam mencari nafkah di laut. Umumnya upacara adat nadran ini diselenggarakan antara bulan Oktober sampai Desember di Pantai Eretan, Dadap, Karangsong, Limbangan, Glayem, Bugel dan Ujung Gebang.


>Ngarot
Upacara ini sudah ada sejak abad 16 dan sampai sekarang masih di selenggarakan, terutama oleh masyarakat desa di Kecamatan Lelea setiap menjelang penggarapan sawah. Upacara ini dilaksanakan agar mendapatkan hasil pertanian yang melimpah dan upacara adat ini dilaksanakan setiap hari rabu, minggu keempat bulan November dimana pesertanya adalah para muda- mudi dengan kostum y ang khas dan aksesoris yang gemerlap.




> Jaringan
Upacara kaum remaja yang bertujuan untuk mencari pasangan hidup yang dilaksanakn pada malam bulan purnama. kegiatan ini bertempat di desa parean Kecamatan kandang haur.

> Ngunjung
Yaitu upacara syukuran yang dilaksanakan di kuburan - kuburan yang dianggap keramat biasanya
dilaksanakan pada bulan syuro mulud






> Mapag Tamba
Yaitu upacara yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengusir penyakit, dengan cara membawa air tambak ke dalam bungbung bambu yang berasal dari kasepuhan atau sumber untuk disiramkasan ke air yang mengalir ke sawah pada sawah yang berada di batas desa.







> Mapag Sri
Adalah upacara yang dilaksanakn dengan tujuan unutk mengungkapkan rasa syukur kepada sang pencipta atas tibanaya masa panen, dengan cara melaksanakan pergelaran kesenian wayang kulit sehari semalam dengan lakon khusus dan biasanya dilaksanakan di balai desa.




> Sedekah Bumi
Adalah upacara yang dilaksanakan oileh petani pada saat akan turun menggarap sawahnya. biasanya dilakukan pada awal musim hujanyaitusekitar bulan oktober sampai desember. Prosesi upacara ini biasanya dimulai dari berkumpulnya masyarakat disuatu tempat dilkukan doa bersama dan setalah itu dilaksanakan upacara adat.

Terjadinya 41 Monyet Kutukan Penghuni Taman Wisata Banjar Bulak Jatibarang - Indramayu (Bahasa Indonesia)



Indramayu - Taman Wisata Banjar , terletak di Desa Bulak Kidul Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu, tepatnya dipinggir Jalan raya Jatibarang - Karangampel. Di tempat ini terdapat kelompok kera yang sangat dikeramatkan. Bahkan jumlah monyet ini tidak pernah kurang atau lebih dari 41 ekor. Tempat ini dijadikan sebagai tempat wisata yang selalu ramai dikunjungi orang saat Hari Raya Idul Fitri ataupun Idul Adha. 

Konon, 41 ekor monyet penghuni Banjar tersebut adalah prajurit yang terkena kutukan. Pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, hiduplah seorang patih bernama pangeran Surya Negara. Suatu saat ia mendapat perintah dari Sultan Cakra Buana untuk melihat dan sekaligus mengatasi musibah banjir di kawasan Kali Longga Trisna. Ditemani oleh prajurit dari kerajaan Gunung Jati, Pangeran Surya Negara pun berangkat.

Setibanya di Kali Longga Trisna, Surya Negara melihat betapa parahnya wilayah tersebut akibat dari banjir yang melanda kawasan tersebut. Melihat hal tersebut Pangeran Surya Negara memutuskan untuk membuat sebuah bendungan. Namun ternyata jumlah pasukan yang ia bawa tidak sebanding bila dibandingkan dengan pekerjaan pembuatan bendungan besar tersebut. Pangeran Surya Negara pun berinisiatif meminta bantuan pada kerajaan Karang Kendal yang masih termasuk dalam wilayah kekuasaan Sunan Gunung Jati.

Pihak Karang Kendal pun sepakat mengirimkan bala bantuan ke lokasi pembangunan bendungan di tepi kali Logangga Trisna. Sambil menantikan datangnya bala bantuan, Pangeran Surya Negara bersama pasukannya memulai pekerjaan besarnya terlebih dahulu. Sementara bala bantuan yang ditunggu tidak kunjung datang juga, barulah ketika pekerjaan telah selesai bantuan yang ditunggu-tunggu itu pun datang. Tentu saja Pangeran Surya Negara menjadi sangat kesal. Namun ia masih menahan emosi untuk menghormati kerajaan Karang Kendal. Pasukan bala bantuan yang datang itu tetap diterimanya dengan baik, tetapi saat itu kebetulan waktu Shalat Ashar sudah tiba maka sang Pangeran menitipkan sebuah bungkusan kepada kepala rombongan prajurit dan berpesan agar tidak seorangpun diijinkan membuka bungkusan tersebut.

  
Namun kepala prajurit kerajaan Kendal dan anak buahnya tidak mengikuti pesan pangeran Surya Negara. Pimpinan rombongan akhirnya tergoda untuk membuka bungkusan yang dititipkan kepadanya. Ternyata isi bungkusan itu adalah buah kurma yang segar. Maka tanpa pikir panjang buah kurma tersebut di makan beramai-ramai. Disaat para prajurit tersebut tengah makan Pangeran Surya Negara datang dengan marah karena mengetahui perintahnya telah dilanggar, sang pangeran pun mengutuk para prajurit seperti menjadi kera, karena tingkah laku mereka mirip seekor kera yang suka mencuri dan tidak perduli.
  
Pada saat itu juga seluruh prajurit dari kerajaan Karang Kendal itu langsung berubah wujud menjadi monyet yang berjumlah 41 ekor dan kemudian oleh pangeran surya negara diberi nama Ki Buyut Banjar. Itulah asal muasal kisah 41 ekor monyet yang kini dikeramatkan dan menghuni komplek pekuburan Banjar di Desa Bulak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu, Jawa Barat atau yang sekarang dikenal dengan Taman Wisata Banjar.






Sumber : indramayu post, sesepuh desa Bulak Kidul kaliyan juru kunci buyut Banjar yang saya hormati.
"Ada Hikmah yang bisa dipetik ketika kita mendapatkan titipan, amanah atau kepercayaan. sepatutnya kita menjaga dan menghormati kepercayaan tersebut, karena menjaga amanah itu adalah sifat yang sangat mulia"

Terjadinya 41 Monyet Kutukan Penghuni Taman Wisata Banjar di Desa Bulak – Jatibarang Indramayu (bahasa daerah)


Indramayu – Taman wisata Banjar yaiku letake ning desa bulak kidul kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu, tepate ning pinggir jalan raya jatibarang – Karangampel. Ning tempat iki ana kelompok Kera/Monyet sing dikeramataken , yaiku jumlahe ora pernah kurang atawa lebih sing 41 ekor. Tempat kien didadekaken tempat wisata ingkang selalu rameh lan dikunjungi wong baka dina Raya Idul fitri atawa Idul Adha.

Konon jare kabar sing beredar menurut para sesepuh setempat 41 ekor monyet penghuni Banjar yaiku prajurit sing terkena kutukan waktu masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, ana salah sawijine patih kang nduweni aran Pangeran surya Negara, sewaktu pangeran olih perintah sing sultan Cakra Buana kanggo deleng kaliyan sekaligus ngatasi musibah banjir ning kawasan kali Longga Trisna.dibaturi karo para prajurit kerajaan Gunung Jati, pangeran Surya Negara melu mangkat
Setekane ning Kali Longga Trisna, Surya Negara deleng parah pisan wilayah kuen akibat banjir. Deleng kejadian mengkonon pangeran Surya Negara mutusna kanggo gawe Bendungan, tapi ternyata jumlah pasukan sing digawa ora sebanding karo pekerjaane gawe bendungan kang gede.
Pangeran Surya Negara duweni inisiatif Jaluk bantuan ning kerajaan Karang Kendal kang masih termasuk wilayah kekuasaan Sunan Gunung Jati.

Pihak Karang Kendala setuju lan spakat ngirimaken bala bantuan ning lokasi pembangunan bendungan kali Logangga Trisna, sembari ngenteni tekane bala bantuan, pangeran Surya Negara karo pasukane mulai pekerjaan gede kien, sementara bala bantuan sing ditunggu durung teka bae, sewise pekerjaan wau pragat bantuan sing ditunggu-tunggu teka, tentune Pangeran Surya Negara dadi Kesel pisan, tetapi beliau masih bias nahan emosi kanggo menghormati kerajaan Karang Kendal. Pasukan bala Bantuan sing teka tetep diterima baik-baik. Tapi waktu kuen wayae sholat Ashar pangeran nitipaken bungkusan ning kepala Rombongan Prajurit lan duwe pesen amber aja sembarang uwong mbuka bungkusan kuen.
Tapi Kepala prajurit kerajaan Kendal lan anak buahe ora ngikuti pesan pangeran Surya Negara , pimpina rombongan akhire tergoda kanggo buka bungkusan sing dititipna pangeran Surya Negara, Ternyata pas dibuka bungkusan mau isie buah kurma sing masih seger. Tanpa piker panjang buah kurma mau dipangan rameh-rameh ning para prajurit Karang Kendal. Waktu para prajurit lagi enak-enake mangan  buah kurma, pangeran Surya Negara teka deleng titipane dipangani Pangeran Sewot karna ngaweruhi perintahe wis dilanggar, sang Pangeran terus ngutuk para prajurit ndadekan sawijine kera, “sampean kabeh ora duweni sifat menusa pada karone ketek kang sato kewan sing ora peduli ngadeleng barange wong sejen” karena tingkah lakune mirip seekor kera sing seneng nyolong lan ora peduli,

Pada saat kuen seluruh prajurit sing Kerajaan Karang Kendal langsung berubah wujud dadi monyet sing jumlahe 41 ekor lan pangeran surya Negara ngupai aran Ki buyut Banjar, “Benjang besuk lamon wis ramehe wong arep tek upai aran Ki buyut Banjar”, mengkonon asal muasal  41 ekor monyet sing sekien dikeramataken lan menghuni komplejk pekuburan aBanjar desa Bulak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu Jawa Barat sing sekiene dikenal karo sebutan Taman Wisata Banjar.






Sumber : indramayu post, sesepuh desa Bulak Kidul kaliyan juru kunci Buyut Banjar kang kula hormati

"Ana hikmah sing sing bisa dipelajari yaiku segala bentuk titipan kaliyan amanah kudu bisa dijaga sebab sifat kang mulia bisa ngejaga amanah atawa kepercayaan"



Sering sekali terjadi kecelakaan diwilayah Indramayu khususnya dijalur pantura








Sering sekali terjadi kecelakaan diwilayah Indramayu khususnya dijalur pantura Jl. Raya Pangkalan dan Jl Raya kiajaran hal ini sangat membuat kita merinding karena jalan yang dilalui sering dilewati mobil-mobil besar baik truk besar dan kecil, dan mengantuk menjadi penyebab utama banyaknya kecelakaan dijalur tersebut.








Diduga mengantuk.. pengendara mobil warga bekasi oleng ke kiri nabrak warung di jl raya pangkalan - Indramayu dan berhenti setelah menabrak pohon sekitar jam 16.30 WIB.. tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Hanya luka-luka saja dua orang di bawa ke RS bhayangkara losarang..





Minggu, 14 Februari 2016

sejarah Desa Jatisawit Indramayu - Tak Boleh Menabuh Beduk



sejarah Desa Jatisawit Indramayu - Tak Boleh Menabuh Beduk
MALAM takbir di penghujung bulan Ramadhan, selalu dihiasi dengan maraknya tabuhan beduk semalam suntuk yang menggema di masjid dan di surau-surau. Begitu pula pada malam kemenangan umat Islam selalu diramaikan dengan sekelompok pemuda bersuka ria mengadakan pawai beduk berkeliling pekampungan.
Berbeda dengan kaum muslimin yang tinggal di Desa Jatisawit dan Desa Jatisawitlor Kecamatan Jatibarang. Di dua desa ini sejak dulu sampai sekarang sama sekali tak pernah terdengar alunan suara kohkol dan bedug di malam maupun di hari Idul Fitri. Alasannya karena memang di setiap surau dan di masjid jami di dua desa ini tidak tersedia kohkol dan bedug.
Tak bergemanya suara kohkol dan bedug karena warga Desa Jatisawit dan Desa Jatisawitlor masih kuat mempertahankan adat leluhurnya, bahwa di dua desa ini tak dibolehkan ada warganya yang mencoba menabuh bedug. Alasannya, jika terdengar suara bedug alamat akan terjadi marabahaya menimpa desa ini. Atau khawatir barangkali bermunculan pasukan buaya Cimanuk singgah ke daratan.
Terbebasnya suara bedug di dua desa ini sejalan dengan masih lekatnya ceritera rakyat Ki Jaka Bajul, salah tokoh pemuda yang menjelma yang berubah wujud menjadi seekor buaya dan menikah dengan putri cantik anaknya Kuwu Jatisawit Ki Jagantaka yang memimpin pemerintahan desa di abad ke XVI Masehi. Ki Jaka Bajul pernah berjanji: “Seandainya terjadi musibah menimpa warga Jatisawit, maka tabuhlah bedug, maka para buaya akan ikut mengatasi kesulitan itu”.
Konon, di masa Desa Jatisawit dipimpin Kuwu Jagantaka, Ki Lebe Talunkanta menemukan seekor anak buaya dari bibir Sungai Cimanuk. Kemudian anak buaya itu dipelihara di sebuah kolam yang berada di depan kantor kuwu. Setelah buaya itu besar, lantas menjelma seorang pemuda tampan dinamakan Ki Jaka Bajul.
Ki Jaka Bajul berkeinginan menikah dengan salah satu putri Ki Kuwu Jagantaka. Maka menikahlah si pemuda ganteng itu dengan putri Ki Kuwu. Ki Jaka Bajul pindah ke habitatnya di sungai Cimanuk hidup bersama istri tercintanya. Ki Jaka Bajul berjanji akan selalu membantu warga Desa Jatisawit jika terjadi musibah asalkan diberikan tanda dengan taluan bedug.
Kesaktian Ki Jaka Bajul hingga sekarang masih sering terjadi. Seandainya ada musibah seperti terjadi keributan, musim paceklik, wabah penyakit, serangan hama tanaman, waga setempat sering bertemu dengan pasukan buaya mendarat ke pelataran wilayah Desa Jatisawit dan Desa Jatisawitlor. Ketika musim tawuran perang antar desa Jatisawit aman, bebas dari aksi tawuran.
Begitu halnya jika ada orang hajatan atau kaulan, jika si pemangku hajat tidak memberi suguhan, sang buaya gaib sering nongol datang menghampiri rumah tuan hajat. Dan jika terdengar suara tabuhan bedug yang ditabuh orang lain di wilayah Desa Jatisawit dan Desa Jatisawitlor, pasukan buaya menjelma pula.
“Karena kuatnya warga kami dalam upaya mempertahankan tradisi itu, maka sejak dulu sampai sekarang di Desa Jatisawit dan Jatiswaitlor tidak ada beduk yang terpampang di mushola ataupun di masjid jami, dan tak ada yang berani warga kami mencoba menabuh beduk,” kata Carya, Kuwu Jatisawit.
Meski tidak ada bedug, tidak menganggu kegiatan beribadah kaum muslimin Desa Jatiswait dan Desa Jatiswaitlor. Jika tiba saatnya waktu sholat, cukup dengan mengumandangkan adzan melalui pengeras suara tanpa diimbuhi tabuhan kohkol dan beduk. Bahkan kayu penabuh beduk tempo dulu pernah kentir dan sekarang tersimpan di Masjid Jami Darussalam Desa Lobenerlor.
Cukup Sandang dan Pangan 
Desa Jatisawit merupakan desa tertua di Kecamatan Jatibarang. Desa yang diapit antara Desa Pawidean dan Desa Krasak dengan dibatasi Sungai Cimanuk pada tahun 1981 dimekarkan dengan Desa Jatisawitlor. Dahulu kantor kuwu dan bekas kolam itu berlokasi di Blok Blong di areal pesawahan yang sekarang menjadi wilayah Desa Jatiswaitlor.

Dengan jumlah penduduk 3.807 jiwa, 1.069 kepala keluarga (KK), 4 RW, dan 16 RT. Memiliki areal pesawahan seluas 249 hektar dan tanah darat seluas 58 haktar. Dilintasi dua sungai. Sungai membetang di tengah wilayah adalah Sungai Sindupraja dan di sebelah barat Sungai Cimanuk. Karena dekat dengan sungai maka tidak heran Desa Jatisawit termasuk desa subur pertanian dan perkebunannya.
Jika musim kemarau, di saat desa-desa lain tengah dilanda kekeringan, Desa Jatisawit dan Jatisawitlor malah subur air. Alasannya, air dari Sungai Cimanuk disedot menggunakan pompa air kemudian air Cimanuk disalurkan ke parit-parit hingga bisa mengairi sejumlah areal pesawahan. Sebaliknya di saat musim banjir dan sejumlah areal pesawahan dilanda banjir, maka di Desa yang dipimpin Kuwu Carya bebas banjir.
“Banjir bandang bisa diatasi karena airnya disedot melalui pompa air kemudian dibuang ke Sungai Sindupraja dan Sungai Cimanuk yang jaraknya hanya beberapa meter saja dari areal pesawahan. Oleh karena itu sarana irigasi baik dan mampu mengatasi musibah banjir, hasil pertanian di desa kami dikenal subur,” kata Carya.

Mayoritas penduduk Desa jatisawit bermata pencaharian bertani, berkebun, dan bertanam mangga. Karena subur air, hasil pertanian dan perkebunan boleh dibilang meyakinkan. Sebagian wartganya berdagang, berniaga di rantau orang, berwiraswasta, dll. Partisipasi masyarakat terhadap kelangsungan pemerintahan di desa cukup tinggi. Begitu halnya kesadaran membayar kewajiban dan tingkat swadaya masyarakat cukup baik.
Tumbuhnya kesadaran masyarakat menurut Carya karena aparat desa berupaya untuk memberi pelayanan terbaik buat masyarakat itu sendiri. Figur keteladanan dari para pamong desa menjadi kata kunci untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam menciptakan suasana aman, damai, subur, makmur, mulih harja. Salah satu bukti prestasi yang pernah disandanya, Desa Jatisawit berhasil meraih juara I pada lomba PKK tingkat Kabupaten Indramayu pada tahun 2009 lalu.

Menurut rencana dalam waktu dekat wilayah Kecamatan Jatibarang akan dimekarkan dengan kecamatan baru bernama Kecamatan Jatisawit. Ada beberapa desa yang akan masuk wilayah kecamatan baru terdiri dari Desa Jatisawit, Jatisawitlor, Krasak, Kalimati, Lobener, Lobenerlor, Longok (Kecamatan Sliyeg), Desa Telukagung dan Desa Plumbon (Kecamatan Indramayu).

TRAGEDI JEMBATAN MERAH JATIBARANG WIDASARI - INDRAMAYU



Add caption




(Kisah nyata)
Mohon maaf belum di translate menggunakan bahasa indonesia, nanti insyallah ada terjemahan bahasa indonesia

Bengen tepate ning wilayah jatibarang ana peperangan antara antek anteke wong welanda saking jawa tengah kelawan masyarakat pribumi asli dermayu, bisane terjadine perang mau ,yaikuh akibat masyarakat dermayu nuntut bayaran kerja ning wong welanda , tp sekudua wong welanda ngupai bayaran ng para pekerja , malah wong welanda mau gebugi utawa ngantemi para pekerja sing jaluk bayaran, sing akhire para pekerja mau gabung dadi siji anggo nganakaken perlawanan kro wong welanda. 

Tapi masyarakat dermayu kuwalahan ngadepi antek anteke wong welanda. sing akhire masyarakat dermayu mau berpikir, "bisane anane pembangunan jembatan merah penghubung antara jatibarang widasari ,sing dipimpin wong belanda , pasti ana persetujuan sing bopati dermayu" terus kabeh masyarakat dermayu sing dipimpin kitotoran kelawan kadrawai mangkat meng pendopoh dermayu anggo jaluk pertanggung jawabane bopati, tapi seuwise tekang pendopoh laka bopati, akhire masyarakat mau nyebar goleti ng endi keberadaane bopati jalari. Ternyata bopati jalari mau ana ning sepinggire kali cimanuk tepate ning sor jembatan merah jatibarang widasari, bisane bopati jalari ana ng pinggiran kali karna bopati lg tetilik bener beli ng jatibarang ana pembangunan, nyatane emang bener ng jatibarang ana pembangunan jembtan, pembangunan jembatn mau dipimpin ng wong welanda , dimandori ng mandor tali wongso , sing dadi pemboronge yaikuh ki wirya. 

sing akhire kelawan hati sedih bopati jalari ngucap ng hatine , ucapane yaikuh "masya allah, wani amis temen ikhi ambune banyu kali cimanuk, emang bener jare kabar sing wis nyebar, jare berita sing wis nyata, yen anane pembangunan jembatan kien , pirang pirang wong dermayu sing dadi korban\tumbal ng pembangunan kien, berdosa isun kelawan rakyat dermayu, rasane percuma isun dadi bopati ng dermayu yen isun ora bisa ngupai pengayom ayom ng rakyate isun dewek" tiba tiba muncul arwah gentayangan ng adepane bopati jalari, arwah mau jaluk tulung ng bopati jalari. arwah="kanjeng tulung kanjeng, sampe hati ya panjenengan ora melas ning isun" bopati="isun bener bener melas ng arwah lan kabeh masyarakat dermayu, emang sejatine sapa awakmu" arwah="isun wadal jembatan merah kanjeng , nama isun karsiman saking jatisawit, isun mati sia sia kanjeng, anggur anggurane ora due salah lan ora due dosa dijongklokaken ng mandor tali wongso, kanjeng" bopati="masya allah . setegah kuen mandor tali wongso, terus apa maksude awakmu muncul ng adepane isun bopati jalari" arwah="isun pengen jaluk tulung kanjeng , tulung sempurna aken kematiane isun kelawan taburan kembang setaman , lan tulung sampe aken maring keluargane isun sing ng jati sawit yen isun ikhi wis mati kanjeng" bopati="berarti keluargae karsiman ikhi durung weruhi yen karsiman ws mati , yws aja watir bakalan tak sumbadani penjalukanmu" sekejap netra hilang arwah mau saking hadepane bopati jalari, hilange arwah mau kedeleng ng keloro netrane jarali ng seduwure jembatan merah jatibarang widasari sg durung dadi ana salah sawijine bocah wadon sing rambute dawa pakeane putih mulus. kelawan penasarane hatine bopati jalari akhire jalari ngomong ng bocah wadon mau . 

"toli sapa bocah wadone bengi bengi ngadeg ng seduwure jembtn abang jatibarang,toli mendi wong tuane bocah diumbarna bae, nok ,,,nok , mundun aja ng seduwure jembatan merah jati barang widasri bokatan mengkone dadi korbane jembatan abang sira nok" tapi bocah wadon mau ora ngirau aken piwara bopati jalari , malah bocah wadon mau nangis kelaran laran. "nangapa nangis nok, mundun mene cerita kro isun" akhire bocah wadon mau ngucap kelawan tetangisan ng bopati jalari ,ucapane bocah wado mau yaikuh.... "kanjeng bopati jalari ,tega sampean ng isun" kelawan penuh pertanyaan bopati jalari takon ng bocah wadon mau "dudu sebenere sapa awakmu nok"!!! bocah wadon mau jawab kelawan tetangisan sing semakin mendalam "kula ronggeng melati kanjeng" bopati jalari pun kaget seuwise bocah mau ngucap arane. bopati="ronggenge anake ki karang getas nok" ronggeng="iya isun ronggeng anake ki karang getas , kanjeng" bopati="ronggeng , ronggeng melatiiiiiii, ampuran isun jalari, sewaktu kuen isun ora bisa bisa nylametaken jiwae awakmu" ronggeng="percuma kanjeng ,wis aja nyesali kang wis terjadi, saikhi kula wis dadi korbane jembatan jati barang widasari, kula nemoni sampean kula cuma pengen nitip aken pesan ng sampean , terutama kula titip wongtua melati , aja sampe dadi korban maning ng jmbtn abang , sampean dadi pemimpin kuduk sing bijak ,cukup kula sing dadi korban sing terakhir ng jembatan abang kanjeng, lan kaweruhana ng sampean arwahe kula ora bakalan sempurna sdurunge kula bisa nuntut bales kro wong wong sing wis jebur aken kula" bopati="cukup melati aja nambah nambah korban" ronggeng="ora kanjeng ,pokoke kita bales dendam kanjeng , balas dendam kanjeng" Akhire arwah ronggeng melati ngilang ninggalaken bopati jalari. lagi enake jalarani ngratapi kesedihan , muncul rakyat dermayu ngantemi jalari, tp untunge dipenggah ng ki totoran , karnah kitotoran watir bokat sampe terjadi kematian , apa maning ng demo ikhi ana ki kadrawi sing terkenal ng kebulen sebagai wong tegelan , wong sing tukang nyembele uwong, seuwise ki totoran menggah masyarakat , kitotoran mau langsung jaluk pertanggung jawaban ng bopati, tuntutan sing dijaluk ng rakyat dermayu yaiku. 1.aja sok ngadu rakyat, sampe rakyat dermayu pada perang kadang kro kadang batur kro batur ikhu akhibat ulahe bupati. 2.yen wis ora bisa ngurus rakyat ,copot jabatan bopati ng dermayu padahal mha tuntunane rakyat sing rong perkara mau ,bopati jalari ikhu ora weru apa apa , pembangunan jembatan merah ikhu wis 5tahun , sedangkan bopati jalari jabat ng dermayu nembe 1 1/2 tahun , tapi sangkane rakyat bopati jalarilah sing nandatangani pembangunan jembatan merah mau, padahal sing sebenere sing nanda tangani yaiku bopati sing porod mau yaiku bopati wira semangun kelawan keturunane sing aran krestal, akhire bopati mau coba jelas aken kro rakyat. 

isi penjelasane yaiku. "sebagus baguse masalah , luwih bagus dipecah aken kelawan musya wara, bisane isun ana ning sepinggire kali cimanuk ,dudu bae isun ngindar, melainkan isun ikhi laki tetilik serening ng jatibarang ikhi ana pembangunan, yen sampean kabe pengen weruh ng hal kien isun ikhi ora weruh ,sebab isun ora ngrasa nanda tangani ng pembangunan ikhi,yen sampean pengen jelas , khi mengkenen ceritane , bengen waktu dermayu dipimpin ng bopati wirasemangun , teka para pedagang sing cina sing belanda pada andon dagang ng dermayu,terus lengsere bopati wira semangun di ganti anake sing aran bopati krestal , tapi anane wong cina lan belanda pada andon dagang ng dermayu ,para bagusan sing desa jatitujuh ikhi ngerasa resah anane wong cina lan belanda pada andon dagang , karna anane wong cina lan belanda andon dagang merusak budaya islam ng tataran jawa , bisane sing diarani ngrusak yaikuh , mau bocah cilik cilik yen waya magrib pada mangkat ng masjid, akibat anane wong belanda sing pada inung inungan utawa mabok mabokan akhire bocah cilik lan masyarakat mau pada peluan ng budayae wong belanda, ora setujue para bagusan sing jati tujuh akhire dermayu diserang ng jatih tujuh, saking resahe bopati kristal , akhire bopati kristal nyambat ng wong belanda sing lagi gawe dalan ng balongan sampe menuju ng batavia , soke ngusir wong jati tujuh, tp jare wong belanda gelem kita ngusir wong jati tujuh tp jaluk bayaran , bareng jare bopati krestale wis gampang masalah bayaran mha sing penting usiren be dikit, akhir belanda nyerang pasukan sing jatitujuh, akhire wong jatitujuh mau kepundur karena gari wong jati tujuh mha senjate cuma golok kelawan keris sedang wong belanda senjatae tembakan, seuwise wong belanda ngusir wong jati tuju wong belanda mau nagi ng bopati krestal , jare bopati krestale pira jeh bayarane, wong belanda jaluk bayarane yaikhu sawelas kangarta tigongdoso atau jare bahasa dermayu wadage 11130 pondeslring , 

jare bopati krestale lamon direceaken duit kene,e khu pira jhe kunuh tuan, lamon direceaken duit kene tanah dermayu khu ora ketuku, jare wong belandae , yawis lamon krestal ora sanggup bayar , wis ceg paduh tanda tanganana pembangunan jematan penghubung jatibarang widasri, khu mengkonon ceritane , dai sing nanda tangani pembanngunan jembatn ikhu dudu isun tp bopati krestal" selesai 

Sumber : komunitas seniman, sutradara seniman & cerita kebudayaan indramayu.